Berita

Mangayubagyo Hari Keistimewaan Yogyakarta, Nuansa Adat Jawa Warnai MTsN 3 Sleman

Mangayubagyo Hari Keistimewaan Yogyakarta, Nuansa Adat Jawa Warnai MTsN 3 Sleman

Sleman (MTsN 3 Sleman)-- Sejarah mengenai Keistimewaan Yogyakarta bukanlah tanpa dasar, melainkan berdasarkan pengabdian Yogyakarta yang mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingannya sendiri. Keistimewaan ini dapat diartikan sebagai sebuah tanda terima kasih dalam bentuk penghargaan terhadap perjuangan Yogyakarta pada perang pasca kemerdekaan Indonesia. DIY menjadi salah satu provinsi yang memiliki keistimewaan yang berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah dan sejarah Yogyakarta berbeda dari wilayah provinsi lainnya, terutama dalam hal pemerintahan dan kebudayaannya. Dalam rangka memperingati Hari Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis (31/08/2023) segenap guru, pegawai, dan seluruh siswa MTsN 3 Sleman mengenakan pakaian adat Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa yang dituturkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Suwardi, S.S, M.Pd Kepala MTsN 3 Sleman mengungkapkan bahwa sebagai warga yang baik sudah menjadi kewajiban kita untuk ikut mendukung mewujudkan agar Yogyakarta menjadi provinsi yang mampu mewujudkan kepentingan masyarakat Yogyakarta. “Selanjutnya, mari kita bersama-sama sebagai masyarakat Yogyakarta agar dapat turut andil dalam mewujudkan pemerintahan yang baik melalui tugas atau karya kita masing-masing. Selain itu, diharapkan seluruh warga madrasah senantiasa dapat pula melestarikan budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan perkembangan zaman yang pesat tidak menjadikan nilai-nilai budaya dan tradisi menjadi hilang tergerus zaman” harap Kamad.

Hal senada diungkapkan Dra Rusmini Barokah, Waka Humas MTsN 3 Sleman yang menyampaikan bahwa setiap tahun peringatan Hari Keistimewaan Yogyakarta dilaksanakan dengan mengenakan busana Gagrak Ngayogyakarta, untuk pria menggunakan pakaian lurik, jarik motif setempat, blangkon, serta selop, sedangkan perempuan menggunakan kebaya tangkhepan dan jarik. “Selain untuk memeriahkan Hari Keistimewaan Yogyakarta, busana adat Jawa juga kami kenakan sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal Yogyakarta. Para guru, pegawai pun terlihat antusias, hal ini terlihat dari pagi hari sampai pulang kantor tetap memakai busana Jawa lengkap” ungkapnya.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar dan tertib. Pagi hari seluruh siswa tetap melaksanakan pembiasaan rutin salat dhuha berjamaah sebelum jam pertama dimulai. Mengenakan pakaian adat Jawa tak menyurutkan semangat dan niat para siswa untuk tetap menimba ilmu dengan tekun dan sungguh-sungguh. (hil)


Tanggapan

Artikel Lainnya