Sleman_(MTsN 3 Sleman)_ Kegiatan penguatan Iman dan Taqwa dalam rangkaian kegiatan Ramadhan  Indah di Matsanega (baca: MTsN 3 Sleman) selalu berkesan dengan penyelenggaraan literasi Sunur atau Sungkem dan Janur pada penghujungnya. Penanggung jawab kegiatan Sunur H Mulyono,S.Pd, M.A yang juga merupakan Wakil Kepala bidang Kurikulum MTsN 3 Sleman menyampaikan bahwa Kegiatan ini merupakan Bagian pembelajaran karakter budaya dan upaya mewariskan tradisi baik leluhur kepada generasi muda. “ Tradisi ini berasal dari masyarakat jawa namun dipraktekan oleh seluruh lapisan masyarakat  di Indonesia. Maka sepatutnya masyarakat Jawa sendiri lebih mengenal budayanya.” Tutur Mulyono.

Dalam penjelasannya tentang sungkem, Mulyono menyampaikan bahwa sungkem atau duduk bersimpuh dalam tradisi masyarakat Jawa sebagai tanda bakti dan hormat . “Biasanya sungkem dilakukan oleh anak kepada orang tua pada momentum seperti lebaran maupun pernikahan” ungkap Mulyono. Melengkapi literasi tentang sungkem, Mulyono memandu beberapa siswa untuk mempraktekan sungkem dalam posisi duduk lebih tinggi maupun duduk sama tinggi.

Setelah itu kegiatan dilanjutkan pemaparan sejarah dan filosofi ketupat yang pertama kali diperkenalkan oleh Raden Mas Sahid yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Mulyono mengajak seluruh siswa dan siswi meresapi makna Ketupat yang menjadi simbol perayaan Idul Fitri sejak masa pemerintahan kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah hingga kini. Dipandu oleh Hj Marlina Lestari, S.Pd dan Siti Zaujah Damayanti, S.Pd, M.Pd seluruh siswa, guru dan pegawai praktek langsung membuat berbagai jenis ketupat dari janur kelapa. Beberapa siswa yang dimintai tanggapan mengungkap senang dapat mempelajari sungkem maupun janur. Yuanita Tri Nur Hadi  siswa kelas VII A salah satunya mengaku bangga pada diri sendiri ketika mampu membuat ketupat. “seru meskipun sulit” ucap Yuanita. (ind)