Penipuan Melalui Media Sosial
Media sosial telah menjadi bagian dari gaya hidup berbagai kalangan dalam masyarakat kita. Perangkat komunikasi antar warga masyarakat itu mulai tumbuh tahun 2004 dan saat ini sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari dan memungkinkan seseorang terhubung dengan banyak pihak di berbagai belahan dunia, tidak terbatas ruang, waktu dan usia.
Hal ini memberikan kesempatan bagi para pelaku tindak kriminal untuk melancarkan aksi penipuan. Tidak terkecuali, penipuan yang dilakukan oleh warga asing. Dalam melancarkan aksinya, biasanya pelaku akan meminta pertemanan dengan akun media sosial calon korban dengan menggunakan identitas palsu. Untuk menarik calon korban, mereka akan menggunakan foto pria ganteng yag berasal dari negara-negara kaya seperti Inggris dan Amerika dan berstatus single. Ada yang berpura-pura menjadi tentara di Afganistan dan menginginkan pensiun dini dengan membawa uang banyak dan merayu korban agar kelak menjadi istrinya dan menawarkan untuk melakukan investasi bersama. Ada juga yang berpura-pura sang istri meninggal karena kecelakaan atau sakit kanker, atau menjadi pria lajang yang sukses dan mengatakan kepada calon korban bahwa dia menyukai calon korban dan akan mengirimkan sejumlah hadiah.
Dalam berbagai kisah diatas, akhir cerita akan sama yaitu mereka meminta calon korban untuk mentrasfer sejumlah uang dengan alasan barang atau uang yang dikirim tertahan di bea cukai atau bandara. Calon korban akan semakin yakin karena pelaku mengirimkan bukti pengiriman barang dan para korban akan menerima telepon dari petugas bandara atau bea cukai yang sudah dipalsukan sedemikian rupa.
Untuk itu, masyarakat, khususnya yang masih lajang, perlu sangat cermat dalam menghadapi berbagai penipuan melalui media sosial yang dilakukan oleh warga asing. Namun demikian, mereka juga menyasar pasangan suami-istri secara acak dengan cara mengirimkan permintaan pertemanan kepada pemilik akun yang dijadikan sasaran. Berhati-hatilah saat menerima pesan akrab dari media sosial. Cek profil akun teman baru tersebut, jika hanya memiliki sedikit foto dan teman kurang dari 10 maka perlu diwaspadai. Jangan memberikan nomor telepon atau alamat rumah dan jangan menerima ajakan untuk bertemu.
Memang tidak semua undangan pertemanan dari warga asing itu mengandung niat jahat. Karena banyak juga yang memang ingin berteman untuk saling bertukar pendapat dan saling bertukar pemahaman kebudayaan masing-masing. Namun tidak ada salahnya masyarakat perlu berhati-hati. Menyesal kemudian tiada guna, kata pepatah para leluhur. (dhe)